Kamis, 02 Desember 2010

Katakan tidak pada riba

STOP RIBA 


Suatu kali Rasulullah sallallahu’alaihi wassalam bersabda "akan datang masa ketika mereka yang tidak mau makan riba pun terkena debunya." Artinya seluruh tata kehidupan pada masa itu bercampur dengan riba hingga kita tak bisa menghindarinya. Sekarang perhatikan keadaan sekeliling kita.
Ketika seseorang hendak memiliki rumah, kendaraan, peralatan rumah tangga (tivi, perabot elektronik, mebel, dsb), pada umumnya, harus membayarnya dengan kredit, karena harga yang tak terjangkau. Lebih dari itu, untuk kebutuhan sekunder pun, seperti untuk biaya pendidikan, ongkos kesehatan, juga berbasis kredit.
Bisakah kita menghindari riba, setidaknya debunya, ketika riba telah menjadi sistem? Untuk bepergian pun, apalagi kalau lewat jalan tol, kita terlibat dengan sistem riba - karena ongkos tol dan pajak jalan yang kita bayarkan mengandung riba, sebab investasinya berasal dari kredit perbankan. Bahkan seluruh layanan sosial yang disediakan pemerintah pun, dalam bentuk apa pun, sesungguhnya dibiayai dari utang berbunga dari perbankan. Bukankah untuk menggaji PNS pun pemerintah mengandalkan APBN yang berasal dari utang berbunga dari bank luar negeri?
Sebagai kaum beriman kita tak boleh menganggapnya sepele. Allah SWT mengancam hukuman yang berat para pelaku riba. Dosa yang harus mereka tanggung karena keterlibatan dengan riba adalah dosa terbesar kedua sesudah syirik. Rasulullah sallallahu’alaihi wassalam telah pula menegaskan bahwa kedudukan mereka yang terlibat dengan riba - langsung atau tidak langsung - yaitu yang membayarkan, yang menerima, yang mencatat, dan yang membiarkannya, adalah sama kedudukannya. Kita semua berdosa atasnya.
Mengapa dosa riba begitu besar dan ancaman hukumannya begitu berat? Sebab riba adalah sumber kesengsaraan bagi semua orang. Riba telah mengakibatkan seluruh beban kehidupan menjadi semakin tidak tertanggungkan, biaya dan harga apa pun menjadi berlipat ganda. Sekali lagi perhatikan kenyataan di sekeliling kita: semula setiap keluarga secara relatif mudah dapat memiliki rumah. Tapi, ketika tanah-tanah dikuasai para bankir melalui pengembang-pengembang, memiliki rumah mulai menjadi kemewahan. Dan dengan dalih menolong masyarakat para bankir menciptakan Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Apa akibatnya? Justru harga rumah semakin tak terjangkau. KPR yang semula ditujukan untuk rumah tipe 70, harus diturunkan untuk tipe 60, lantas untuk tipe 45, lalu tipe 36, dan kini semakin kecil lagi untuk tipe 21. Itu pun hanya bisa dibeli oleh sedikit orang, karena harganya yang semakin mahal.
Juga untuk biaya kesehatan dan pendidikan. Lagi-lagi dengan dalih membantu masyarakat untuk “meringankan” biaya jasa sosial ini para rentenir menciptakan berbagai bentuk kredit, asuransi, tunjangan, dan sebagainya, yang semuanya berbasis pada utang berbunga. Lagi-lagi akibatnya adalah justru biaya kesehatan dan pendidikan semakin tidak terjangkau. Sebab, selain membayar ongkos untuk jasa pendidikan dan kesehatan itu sendiri, masih harus ditambah dengan biaya bunganya.
Dalam Al Qur’an Allah SWT melarang pemraktekan riba yang berlipat ganda (mudhoafah). Sistem perbankan memastikan riba sekecil apa pun menjadi berlipat ganda. Pelipatgandaan ini bukan saja terjadi secara linier, pada utang bunga berbunga yang secara langsung dikenakan oleh perbankan pada kredit yang dikeluarkannya, tetapi efek rentetan yang terjadi pada setiap transaksi yang mengandung utang bunga, yang ditanggung oleh seluruh masyarakat dalam bentuk beban hidup yang semakin mahal.
Karena itu menjadi kewajiban setiap muslim untuk menghentikan riba. Dan Allah SWT dengan sifat Pemurah dan Pengasihnya memberi kita salah satu jalannya yang paling baik, yakni melalui sedekah. Sabdanya: “Yamkhaqullahurriba wa yurbi sodaqoti” (Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah, QS 2:276). Tapi, kita perlu memahami bagaimana mekanisme sedekah yang akan memusnahkan riba ini, yakni melalui sedekah jariah, berupa wakaf.
Wakaf yang diwujudkan dalam bentuk aset produktif akan menghasilkan surplus yang dapat digunakan sebagai sumber santunan sosial, entah untuk beasiswa, santunan untuk yatim piatu dan manula, biaya klinik, dapur umum, dan sebagainya, secara lestari. Dengan sedekah jariah yang berkelanjutan dari wakaf berbagai bentuk produk ribawi (kredit, asuransi, tunjangan pensiun, dsb) sebagaimana disebut di atas, tak lagi kita butuhkan. Maka, ketika sedekah jariah - yakni wakaf - subur, riba akan punah dengan sendirinya. Itu sebabnya Baitul Mal Nusantara mencanangkan Wakaf Imarah, sebagai satu bentuk wakaf terpadu, dan merupakan model yang telah terbukti sebagai sumber kesejahteraan sosial yang dapat diandalkan di masa lalu. Jadi, bila Anda bersedekah, ujudkanlah sebagai wakaf (tunai) dan bukan sebagai sedekah konsumtif semata.

Minggu, 14 November 2010

Untukmu Saudariku...

Bagi ikhwati fillah yang sering mendengarkan radio rodja pastilah tidak asing dengan nasihat yang sering disampaikan melalui gelombang 756 AM tersebut. Yang membuat hati tergetar dan mata basah, meskipun tak cuma sekali sepuluh kali telinga ini mendengarnya. Subhanallah, teruntuk saudari muslimah ku semua... 

*****************************

Wahai Saudari Muslimah, siapakah yang munyuruhmu untuk berhijab?

Untukmu ukhti muslimah...
kemana akan kau bawa dirimu?
kepada kemuliaan jiwa?
kepada keridhaan sang pencipta?
atau mulianya menjadi bidadari surga?
walaupun hinaan dan cacian yang harus kau terima demi menjaga hijab yang telah disyariatkan oleh agama,
maka kebahagiaan yang akan kau dapatkan!


Katakan TIDAK pada gemerlapnya dunia! jika hijabmu harus terlepas karenanya 
katakan TIDAK pada kemilaunya harta! jika hijabmu harus menjadi tebusannya

karena hijabmu, adalah benteng kemuliaan dirimu

bahwasannya yang menyuruhmu untuk berjilbab
yang menyuruhmu untuk berbusana muslimah
yang menyuruhmu ialah Allah dan Rasul-NYa
dan konsekwensi kita sebagai seorang muslim maupun muslimah wajib untuk taat pada Allah Ta’ala
karena Allah yang menciptakan kita Allah yang memberikan rizki pada kita
Allah yang memberikan segalanya kepada kita
Al-Qur’an menyuruh kita untuk berhijab
Allah yang menciptakan kita yang menyuruh kita untuk berjilbab!

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS.al-Ahzab:59)

Jika seandainya manusia (wanita muslimah) tidak berbusana Muslimah, tidak berjilbab, maka manusia ini akan rusak dan hancur, akan binasa."

Setiap wanita, tidak ada udzur (tidak ada alasan) untuk tidak memakai busana muslimah.

Dikutip dari: Nasihat Radio Rodja



Jumat, 12 November 2010

Memaknai yang Ingin Disampaikan

Logika dalam imajinasi penulis

Tenggelam menyusuri cerita yang di setting dalam negeri para suku nomaden yang haus kekuasaan, kehormatan dan kekayaan, yang karena haus dunia nya mengubah mereka menjadi bangsa yang membangun sejarahnya sendiri dengan goresan darah dalam setiap hunusan pedang.
Rasa penasaran akan fakta sejarah dan fiksi yang tersusun indah, sampailah pada kebuntuan logika. Memang tidak setiap epos yang tersaji mesti meruntut pada sejarah, pelajaran terpenting adalah memaknai pesan penulis yang disampaikan.

"Memaknai pesan penulis yang ingin disampaikan"


Manusia yang dilengkapi dengan kemampuan berpikir, sunnatullah antara satu dengan yang lain memiliki ketidaksamaan dalam menafsirkan bentuk kata yang tersirat.

Dalam penafsiran suatu kalimat keilmuan seseorang tentulah sangat berpengaruh. Pernah dalam training yang audience nya sudah bertitle supervisor keatas, pengaruh bahasa tulisan dan penyampaian benar-benar membuat kacau peserta yang dengan bahasa tersendiri "tak bisa menangkap esensinya" dan dengan teguran amat sangat pelan mereka menyadarkanku bahwa menjadi "seorang yang tepat di tempat yang tepat" tak mudah ternyata.

Begitupun ketika ada teman yang mencoba bercerita tentang kesalahpahaman yang diakibatkan tulisan yang sebenarnya jauh dari apa yang disebut manfaat. Tapi tentulah meskipun jauh dari manfaat, setidaknya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa tidak hanya diperlukan kepiawaian dalam pemaknaan tetapi diperlukan kearifan dalam memaknai kejadian.


Pernahkah anda berkunjung ke forum-forum yang tersebar di internet, atau diskusi-diskusi yang kesemuanya terkadang hanya mengandalkan keilmuan yang tinggi tetapi tidak diikuti akhlak yang baik, sehingga yang terlihat adalah adu kata untuk menjatuhkan yang kontra atas pendapatnya. debat kusir, yang tak menyentuh esensinya.

tak sedikit perpecahan terjadi karena kesalahpahaman dan ketidak nyambungan antara pesan yang ingin disampiakn dengan makna yang diambil, sehingga timbulah prasangka yang berahir dengan perpecahan.

Bahkan tidak jarang niat baik yang ingin kita tuang dalam, hanya berakhir dengan sia-sia, tatkala diterima dengan sikap yang jauh dari kearifan, jauh dari kebaikan prasangka. Terbuang sia-sia menjadi seonggok sampah kata-kata yang bisa delete dengan sekali tekan, tapi takkan terdelete dalam memori kita.

Tahukah kita bahwa nanti hati yang pernah terlukai dengan kata-kata kita akan meminta keadilan kepada Rabb-Nya? budayakanlah tabayyun untuk mengetahui persoalan sebenarnya, karena akal kita lemah, sewajarnya kita menyadari kelemahanya, bukan menutupi dengan keangkuhan fikiran yang diiringi su'udzon pada saudara kita... yukk tabbayun :)

Rabbana dholamna 'anfusana....
al fakir ini berlindung dari semua kejelekan lisan dan lintasan hati yang dhoif ya Rabb


Rabu, 11 Agustus 2010

terima apa adanya

Di bawah naungan ajaran Islam, pernikahan sepasang insan suami istri menjalani hidup mereka dalam satu perasaan, menyatunya hati dan cita-cita. Namun adakalanya pernikahan harus berjalan di atas kerikil. Apalagi saat pandangan mulai berbeda, tujuan tak lagi sama. Mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga terasa tak lagi mudah. Di mata kita pasangan selalu serba salah dan penuh kekurangan.
 Keluarga Samara 
Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan. Karenanya Islam menganjurkan, sebab nikah merupakan gharizah insaniyah. Sebagaimana Allah berfirman,
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Ruum : 30).
Islam memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Allah menyebutnya sebagai ikatan yang kuat. Dalam al-Quran surat An Nisaa : 21
“… dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”
Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah,keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, faham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.
Pernikahan adalah bangunan yang bertiang Adam dan Hawa yang membangun kecintaan dan kerjasama, penuh mawadah, ketenteraman, pengorbanan, dan juga hubungan rohani yang mulia dan keterikatan jasad yang disyariatkan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ruum :21).
Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja kerasPenghiburnya di saat lelahSuasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama.
Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap otoriter. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam “lembaga” yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya sebagaimana sabda Rasulullah ,
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.”
Maka tak heran kalau keluarga harmonis yang saking penuh mawadah warahmah akan mudah diwujudkan. Insyaallah.
 Hak dan kewajiban suami istri 
Kesan terbaik yang tertangkap dari rumah tangga Nabawi adalah terjaganya hak dan kewajiban dalam hubungan suami istri. Bahkan hak itu tetap diperoleh Khadijah dari Rasulullah meski Khadijah telah wafat hingga membuat Aisyah cemburu. Padahal Aisyah tak pernah berjumpa dengannya. Hal itu semua karena Rasulullah sering mengingat kebaikan dan jasanya.
Keharmonisan dalam rumah tangga akan dengan sendirinya terwujud jika pihak suami atau istri tahu hak dan kewajiban masing-masing. Rasa kasih dan sayang sebagai fitrah Allah di antara pasangan suami dan istri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya. Sebab secara alami, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan berbuat baik dan memuaskan untuknya, termasuk melaksanakan hak dan kewajiban suami istri.
Suami memiliki hak yang besar atas istrinya. Di antara hak itu misalnya:
 Menjaga kehormatan dan harga dirinya, mengurusi anak-anak, rumah dan hartanya saat suami tak ada di sisinya. Allah berfirman :
“….. wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri saat suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka…… “ (An Nisa: 34).
Dalam haditsnya Rasulullah bersabda,
“Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.” (Riwayat Bukhari Muslim).
 Berpenampilan menyenangkan di depan suami dan bersikap manis. Sebagaimana Rasulullah bersabda,
“Sebaik-baik wanita adalah yang bisa membuatmu senang saat engkau pandang, menaatimu saat engkau perintah dan menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.” (Riwayat Tabrani)
 Hak lain suami adalah tidak mengizinkan istri memasukan orang yang dibenci suami, menjaga rahasia suami istri termasuk dalam urusan ranjang, berusaha menjaga kelanggengan bahtera rumah tangga, tidak meminta cerai tanpa sebab syar’i.
Dari Tsauban, Rasulullah berkata, “wanita manapun yang minta cerai kepada suami tanpa sebab, maka haram baginya mencium bau surga”. (Riwayat Tirmidzi, Abu Daud).
 Selain itu istri harus banyak bersyukur dan tidak banyak menuntut. Perintah ini sangat ditekankan Islam, bahkan ancaman Allah tak akan melihatnya pada hari kiamat kelak jika istri berbuat demikian.
“Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”
Masih banyak hak-hak suami atas istrinya. Di samping itu suami pun harus memberikan hak istrinya serta menjalankan kewajibannya. Di antaranya adalah memberi makan pada istri apabila ia makan, memberikannya pakaian, tidak memukul wajah istri, tidak menjelek-jelekkan kekurangannya, tidak meninggalkan istri melainkan di dalam rumah, memperlakukan dengan lembut dan menggaulinya dengan baik.
Selain suami memiliki kewajiban memberi nafkah lahir batin, suami berkewajiban mengajarkan ilmu agama apalagi ia memegang kepemimpinan dalam rumah tangga. Hingga ia pun wajib membekali diri dengan ilmu yang syar’i, dengan demikian ia akan mampu membawa keluarganya, istri dan anaknya dalam kebaikan. Jika ia tidak sanggup, mengajar mereka, suami harus mengajak mereka menuntut ilmu syar’i bersama ataupun menghadiri majelis-majelis ilmuSuami pun harus memberi teladan baik dalam mengemban tanggung jawabnya dan atas apa yang dipimpinnya.
 Menerima Kekurangan dan Kelebihan 
Kita melihat bagaimana al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan.
Ibaratnya wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Allah dalam al-A’raf 189,
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.”
Karena itu, pernikahan tak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan, kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Sementara menjadikan kelebihan masing-masing untuk merealisasikan cita-cita pernikahan sesungguhnya.
“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (al Baqarah : 187).
Dengan memahami hal ini, kehidupan rumah tangga akan tenteram. Dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami istri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.
Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lainKarena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagimemaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baikHargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insyaallah ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan : )
Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai dan lihat ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini.
Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Moralnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?
Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya.Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi. Yang perlu diingat kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insya Allah di rumah kita.
Sumber : Majalah-Nikah.com

Senin, 26 Juli 2010

Dan Jika Setengah menuju Sempurna



Allahu Rabbana,,,
Sekiranya Engkau menjadikan kami hidup bersama, maka pintaku keindahan cinta-Mu lah yang menghiasai perjalanan rumah tangga kami.

Dalam perjalanan separuh abad yang telah terlewati, diantara keinginan dan harapan, diantara deretan gambaran perjalanan cinta anak adam yang menjadikan pembelajaran, Engkau telah memberikan banyak pelajaran tentang makna cinta, tentang perasaan sayang dan tentang keindahan harapan. Dan ketika Engkau memberikan kesempatan untukku menrengkuh indahnya cinta,, harapku cinta ini akan berlabuh dalam naungan kasihmu wahai Rabb Pemilik cinta sejati. dan dengan cinta ini menambah taqqarubku pada-Mu, dan karena cinta ini menjadi jalan untuk menatap keagungan wajah-Mu wahai pemilik kemuliaan.

Kini ketika Engkau telah memberikan pintu menuju penyempurnaan agama-Mu. ada bahagia, ada harapan, ada begitu banyak rasa yang membuncah. Meski ada keraguan saat penantian, akankah hari itu akan kujelang? namun tatkala was-was itu muncul, kembali Engkau sentuh hati ini untuk mengingat bahwa semua nya berpulang pada kehendak-Mu, pada takdir-Mu, pada kuasa-Mu. Aku kembalikan semua urusan ini pada-Mu ya Rabb.. Engkaulah sebaik-baik pengatur dan Engkau jualah sebaik-baik pemberi.

Duhai pemilik raga ini, kuatkanlah tautan hati kami dalam tautan cinta-Mu, berikanlah ridho-Mu atas langkah yang akan kami tempuh, berikanlah penerangan atas apa yang akan kami lalui. Kami ingin mengikuti generasi pendahulu yang hanya memiliki cinta yang halal, cinta yang mendatangkan rahmat dan ridho-Mu. dalam balut rindu, dalam bingkai kasih dan melebihi itu semua... Biidznillah... kami menguatkan azam untuk hidup bersama dalam rumah tangga Rabbani.

Diantara kelemahan hati ini, tak bosan kami meminta kekuatan untuk tetap istiqomah, merenda harapan tetap kukuh di koridor syariat-Mu, melawan arus kejahiliahan yang cenderung merusak indahnya masa penantian, yang dapat membelokkan perjalanan dalam jurang kenistaan dunia. jangan biarkan kami sendirian di tengah badai di disekeliling jalan kami ya Illahi Rabbi. ya muqalibbal quluub tsabit quluubuna ala dinik wa 'ala thoatik.

Ya Rahman... sedekat waktu yang semakin mendekat. dekatkan pula hati kami dengan ridho-Mu, dekatkan pula kami dengan ramadhan yang di diambang pitu. dengan keta'atan dan ketundukan kami memulai penantian ini di awal bulan suci dengan ibadah kami dengan memaknai cinta yang Engkau anugrahkan dalam hidup kami.
dan sekiranya cinta ini Kau ijinkan berlabuh, sungguh hanya pelabuhan cinta-Mu yang akan kami tuju.
------------Sedalam Harapan untuk Merajut Samara-----------

Cikarang, 20 Juli 2010

Senin, 07 Juni 2010

munajat cintaku pada-MU


YA ALLAH...
Aku Mohon Kepada-MU Cinta-MU
Cinta Siapa Saja Yang MenCintai-MU
Cinta Apa Saja Yang Mendekatkanku Kepada Cinta-MU..
Jadikanlah Cinta-MU Lebih Berharga Bagiku
Daripada Air Dingin Bagi Orang Yang Kehausan

YA ALLAH
Jadikanlah Aku Mencintai-MU Dengan Sepenuh Hati
Selalu Mencari Ridha-MU Dengan Upaya Maksimalku

YA ALLAH
Jadikanlah Semua Cintaku Hanya Untuk-MU
Semua Usahaku Hanya Untuk Meraih Ridha-MU

YA ALLAH
Hidupkan Aku Dengan Cinta-MU
Matikan Aku Dengan Cinta-MU
Bangkitkan Aku Dengan Cinta-MU
Cinta-MU Bagiku Adalah Segala-galanya

Oh Rabbi
Jika Cintaku Kau Ciptakan Untuk Dia
Tabahkan Hatinya
Teguhkan Imannya
Sucikan Cintanya
Lembutkan Rindunya

Rabbi....
Jika Hatiku Kau ciptakan Untuk Dia
Penuhi Hatinya Dengan Kasih-MU
Terangi Langkahnya Dengan Cahaya-MU
Bisikkan Kedamaian Dalam Kegalauan
Temani Dia Dalam Kesepian

Rabbi...
Kutitipkan Cintaku Pada-MU Untuknya
Resapkan Rinduku Pada Rindunya
Mekarkan Cintaku Bersama Cintanya
Satukan Hidupku Dan Hidupnya
Dalam Cinta-MU
Sebab, Sungguh Aku Mencintainya Karena-MU...

------copas dari ustadz Abdullah Hadrami Hafidzahullah------

Rabu, 26 Mei 2010

jika belum siap, cintai dia dalam diam||


Kawan..

jika kamu belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam ... karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ... dengan begitu kau telah memuliakan dia, karena kamu tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan tak mau merusak kesucian serta penjagaan hatinya..

dengan diammu…

itu dapat memuliakan kesucian diri dan hatimu juga.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

dengan diammu….

itu dapat menunjukkan bukti kesetiaanmu padanya .. karena mungkin saja orang yang kau cintai adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukmu ...

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah ra dan Ali ra ????? yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ... tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah dalam sebuah pernikahan ....

Kawan…..

dalam diammu tersimpan sebuah kekuatan ... kekuatan sebuah harapan ... hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi kenyataan… hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata dan bukan angan semata... bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya?????

Kawan…

jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata…. biarkan ia tetap dalam diam ... jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang lebih tepat untuk mengarungi hidup bersama... biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri biarkan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hati...

karena yakinlah…. Allah kan memberikan ganti yang lebih baik lagi atau mewujudkan mimpimu di kemudian hari.. bersabarlah dalam diammu… karena tulang rusuk takkan tertukar apalagi nyasar…





Source:sinar mentari/fb

Selasa, 25 Mei 2010

^dalam jambangan rindu^


---dalam jambangan rindu---

segenggam mawar yang terhimpun dalam kotak ilusinya
segar, dan memberikan kelezatan tiap jiwa yang memandangnya
ceria, bersama gelora yang terpendar spektra warnanya

ahh,, alangkah syahdunya saat gemulai bayu menyapa pucuk-pucuknya
dipadankan kelopak nan tersusun indah
diiringi liukan tarian warna surga padananya

syahdunya, menyeret sepasang mata untuk terus menatapnya
merekah senyuman menyambangi geliak rona merah
menghantarkan sampai di kedalaman ruang rindu
lekat,, selekat senyuman yang enggan untuk menyisih
menyisih dari derai biru khalbu..... disinilah pertemuan itu
di dalam jambangan rindu
    

Kamis, 18 Maret 2010

do'a untukmu



sepoy angin merayap di celah jendela
diantara hijab hijau muda yang terderak ceria 
antara teringat dan mengingat 
engkau masih disana......


tersunging bibir menyiratkan senyuman
saat cahaya membentuk raga
tawa indah penuh bahagia, 
detak jantung tak tentu,
malu-malu menatap mata indah mu,
tersiratlah suasana hati....
engkau lah yang di nanti


perlahan sang mentari bergerak
membawa kembali bayangan
yang tersisa hanya sepotong do'a
agar engkau selalu dalam penjagaan-NYA
agar engkau selalu dalam rahmat-NYA
dan.... agar setiap langkahmu bernilai ibadah kepada-NYA


----untuk sahibatiku ----

Rabu, 17 Maret 2010

menjeritlah

Hanya bisa terdiam tatkala suara nyaring bak gasing di tengah gobi itu menghentak seolah hendak mengabarkan jerit pilu bahkan pada butir debu yang bisu.
Bukan tak ada alasan untuk membiarkanmu tengelam dalam lautan beku tanpa ada celah untuk mentari menghangatkanya.
Namun, ruang pijak kaki itu tak sekuat ketika kokoh raga yang disangganya. 
Rapuh... nyaris ambruk tanpa perlu menunggu hujan melapukkanya.

Kalaupun dulu terbangun dari besi berkilat, yang sedianya ketangguhan seorang penempa lah yang sanggup membawa dalam keelokan tempa, toh kini dia hanya sebuah besi dengan karat yang menutupi, dan hanya menunggu waktu menjadi serbuk tak berbentuk.

Menjeritlah..... 
meskipun tak mungkin terdengar dalam jengkal tautan mata.
Hanya bening mata yang telah tertoreh garis merah yang mengisyaratkanya
Hanya tajamnya jiwa yang mampu mengoyak tebalnya hijab yang kau pasangkan dengan senyum yang terus tersungging untuknya dan untuk mereka yang mungkin kau pun tak mengenalnya.
Meski tak bisa kau pungkiri.... remuk redam jiwa dalam guncangan kebimbangan, renyah tawa mu, riang suaramu dan lembut tutur katamu memalingkan anomali gelombang hati.

Lihatlah jemari ini.... dia yang selama ini menyeka air matamu...
Lihatlah lembah wajah ini.... dia yang selalu tergenang air matamu...
Lihatlah kedua bibir ini, dia yang selalu diantara  roja’ dan khauf mu
Dan Lihatlah....... 
kesetiaanya untuk tetap membisu
Lihatlah.... sejauh engkau bisa melihat
Dia..... dia.... dan dia... ternyata tetap sama...
Tetap diam dengan keindahanya
Tetap diam dalam gemilang mimpinya

Dan... aku pun akan pergi, andai kau tak meminta bahu ini.
Dan aku pun akan pergi, andai jemari ini tak bisa lagi menepis gerimis hati
Dan aku pun akan berlalu, jika bayangnya pun masih kau ikuti. 

Minggu, 07 Maret 2010

penantian dan pengorbanan||

mungkin kita pernah merasakan jiwa yang tertekan,,,
mungkin pernah pula hati kita tersakitit
dan... karena rasa kecewa yang mendalam
akhirnya... kita menyalahkan diri sendiri
sebagai bentuk kebodohan yang pernah dilakukan sepanjang hidup


ketenangan yang menjanjikan harapan
telah hancur berkeping-keping


kalaupun berusaha dilekatkan kembali
ia tidak akan sekuat dulu
karena,, serpihan serpihanya sebagian telah hilang tak berbekas,,,
sulit untuk ditemukan,,, akibat sebuah keterlanjuran dari penyesalan yang mendalam
kalaupun tetap dipakasakan,,
tetap saja takan pernah utuh seperti awalnya


saat kepercayaan itu sangat maksimal
pengkhianatan atas kesucian cinta tercabik-cabik oleh keteledoran sikap untuk menjaganya


mungkin hanya kesalahan sesaat
mungkin hanya salah paham biasa
mungkin karena tak ada kepedulian untuk bertabayyun
tapi mungkin juga.... sebuah pemaksaan untuk mengakhiri semuanya
mungkin........
mencari-cari kesalahan,, untuk membenarkan alasan.
naiff.....


adakah rasa yang tumbuh ini sebuah kesalahan?
dimana memendam rasa yang teramat besar namun akhirnya terdiam
memeluk mimpi dalam khayal tak bertepi


mungkin kita bisa beralasan
bahwa kita hanya memiliki mimpi
mimpi sebuah harapan untuk mencurahkan cinta dan kasih sayang
pada seorang yang kita kenal baik
atas kesempurnaan sebagai pendamping hidup masa depan
namun sayang....
bahwa mimpi tidak selalu terwujudkan kembali pada kita


cinta memang tak butuh alasan
cinta juga tak mengenal jarak
semua terasa indah saat kita bisa memberikan
saat kita bisa berkorban
tanpa pamrih dan tanpa keinginan
walaupun akhirnya kita tahu bahwa cintanya bukan untuk kita


penantian dan pengorbanan yang selama ini kita berikan
selamanya akan menjadi kenangan terindah
bahwa engkau pernah begitu tulus memberikan perhatian dan pengorbanan
untuk kita.... dan asal kita bahagia.
meskipun sema tak pernah ternilai seperti penilaianmu terhadapnya


---dedicated to ukhtina almahbubah---

Senin, 22 Februari 2010

Segala Puji Bagi-Mu



Tak ada yang kekal di alam penciptaan
hari-hari yang terlewati....
memaksa kita untuk tersenyum atau menangis
memaksa kita untuk tertawa atau berduka
manusia hanya bisa bersyukur atau kufur
hanya bisa bersabar atau mendongkol pada qodho dan qodar

kewajiban kita,,, menyesuaikan dengan keadaan
menerima setiap yang di gariskan


jika kesedihan tidaklah menghasilkan manfaat 
haruskah kita rela tenggelam di dalamnya???
jika kebahagiaan menanti kita,,,
masihkah kita sabar untuk tak menyongsongnya???

"orang yang bahagia adalah orang yang merasa tenang dengan amalan yang shalih,,, sementara orang yang sengsara adalah orang yang betah dengan amalan yang buruk" (amalan hati. 55: syaikhul islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah)

Ya Allah.....
segala puji bagi-MU sebagaimana Engkau menciptakan kami
segala puji bagi-MU sebagaimana Engkau memberikan iman di hati kami
segala puji bagi-Mu sebagaimana Engkau mengajarkan kami
segala puji bagi-Mu sebagaimana Engkau memberi petunjuk kepada kami

segala puji untuk-Mu, dengan pujian yang terbaik wahai Rabb semesta alam

segala puji bagi-Mu sampai Engkau ridho
segala puji bagi-Mu jika Engkau telah ridho
segala puji bagi-Mu setelah Engkau ridho

Untuk-Mu lah segala pujian sebagaimana Engkau firmankan
untuk-Mu lah segala pujian lebih baik dari yang kami ucapkan
untuk-Mu lah segala pujian wahai Rabb Yang Maha hidup
Untuk-Mu lah segala puji wahai Rabb Yang memiliki kekuasaan
Untuk-Mu lah segala puji wahai Rabb yang memiliki kerajaan

Subhanallah.....
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui perkara
Subhanallah, bagi Dzat yang telah menganugerahkan air dan memancarkanya
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui yang digelapkan malam dan diterangi siang
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui beratnya gunung
Subhanallah, bagi Dzat yang mengatur masa dan perkara
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui deburan di dada
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui kedalaman hati
Subhanallah, bagi Dzat yang menciptakan makhluk dan memperindahnya
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui bilangan dedaunan
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui bilangan hujan
Subhanallah, bagi Dzat yang mengetahui yang terjadi di darat dan di lautan
Subhanallah, bagi Dzat yang mempunyai mafatihul ghoib

telah sempurna ketetapan-Mu
pemberian-Mu sebaik-baik pemberian
Engkau yang menanggalkan prahara
Engkau jua yang menghapus sedih dan derita
Engkau yang menyembuhkan sakit dan luka
Engkau yang meringankan beratnya dosa kami

Ya Rabbana....
Kami mengharap kepada-Mu
Kuatkan iman kami, kuatkan kami diatas kelemahan kami
maka siapa yang dapat memberi ampunan selain Engkau ya Rabb...
maka siapa yang dapat memberi pertolongan selain Engkau ya Rahim
Yaa.... Rahman,, kepada siapa kami titipkan rasa cinta ini selain kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki cinta
kami zalim,,, kami lalim,,, kami bermohon kepada-Mu wahai Dzat yang mendengar curahan hati kami

Kepada siapa kami berlindung, sedangkan Engkau Dzat yang mempunyai perlindungan
Kepada siapa kami mengadu, sedangkan Engkau Dzat yang maha mendengar pengaduan

Rabbana dholamna anfusana, wa inlam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khosirin