Minggu, 19 April 2009

Puteri, Bagaimana Cermin itu ||CP

Saat ini malam telah larut, cuaca terasa dingin dan sekitarku menjadi hening, sebening hati dan perasaan sayangku kepadamu. Walau kini tidak disampingmu, aku masih selalu ingat padamu, seperti yang kulakukan setiap waktu. Dan kini, kujalankan jari-jemariku untuk menulis sebuah surat yang hanya khusus untukmu…..bukan untuk yang lain….

Puteri..
Aku teringat akan cerita ibumu tempo hari…
Saat itu engkau masih kecil seumur bayi..
Engkau belum bisa apa-apa, sehingga untuk menarik perhatian, engkau hanya menangis ditengah malam membangunkan keluarga.


Kemudian, engkau tumbuh menjadi gadis kecil yang selalu bermanja di pangkuan Bunda. Dan waktu terus berjalan…..sehingga kini engkau telah menginjak remaja. Engkau menjadi semakin besar, pintar, dan makin banyak pengalaman hidup yang telah engkau miliki. Ah…aku pun jadi rindu ibuku…mungkin akupun seperti itu saat masih kecil.


Puteri….
Saat ini, aku sedang melukis bentuk kamarmu dibenakku. Kamar dimana kita sering berkumpul untuk bercerita banyak hal. Aku masih ingat detil kamarmu, ada almari baju, rak buku, kotak permen, dan Hmmm……cermin itu …yang selalu kau sebut sebagai cermin paling indah… Engkau memang sudah lama memilikinya, dan aku yakin engkau pasti makin suka, karena setiap hari membutuhkannya.

Puteri….. Aku teringat sesuatu tentang cermin itu. Dirumahmu, ada satu lagi cermin besar di ruang tamu. Tak jarang aku melihatmu bercermin disitu ketika engkau tergesa-gesa berangkat.Bahkan didepan kaca jendela, sering….sering sekali aku melihatmu mematut diri apakah terlihat rapi atau tidak. Agar teman-temanmu nanti tidak mengolokmu, begitu selalu katamu.Aku menduga, mungkin engkau juga sering mengaca didepan etalase pertokoan untuk bercermin. Iya nggak ?


Puteri yang amat kusayangi,,,, Jauh di lubuk hati yang paling dalam, ada yang ingin kubicarakan dengamu hari ini. Hanya sebentar saja, cukup sebentar. Nggak akan lama. Engkau ada waktu, kan?


Bukan, bukan pertanyaan bagaimana kabarmu, atau kabar teman-teman seperti yang biasanya kita bicarakan. Namun lebih dari itu. Aku ingin kita berbicara khusus mengenai diri kita,karena aku sadar bahwa semakin hari kita tumbuh semakin tinggi, bukan hanya tinggi badan kita, namun juga ketinggian pola berpikir kita. Kita bukan kanak-kanak lagi yang harus menyuruh kita begini begitu. Kini kita sudah besar, sehingga banyak yang harus kita siapkan agar makin dewasa untuk menentukan sendiri jalan hidup kita nanti.


Wahai puteri….. Hari demi hari telah kita lalui.Telah banyak perubahan yang terjadi , ‘kan? Izinkanlah aku untuk bertanya sesuatu padamu…Kalau kau pandangi dirimu di cermin indah kamarmu itu, apa yang engkau lihat disana? Apakah sesosok gadis remaja yang sudah cukup matang mengarungi hidup ataukah yang masih menjalani proses perubahan membentuk diri? Mungkin, engkau akan menjawab kedua-duanya…atau mungkin hanya salah satu jawaban…
Nggak apa-apa Puteri…Aku bisa memahaminya….


Puteri, ketika engkau didepan cermin yang indah itu….
Masih ingatkah dirimu berapa sering engkau bercermin?
Dan sadarkah engkau siapa yang muncul di cermin itu?
Ya, memang itu adalah engkau.Engkau Puteri…


Engkau yang dulu terlahir dari rahim Bunda, setelah malaikat meniup ruh dan menulis catatan tentangmu ketika engkau masih menjadi janin usia 4 bulan.


Wahai Puteri…. Ketahuilah…Kita semakin beranjak dewasa, dan telah banyak waktu yang kita lalui bersama-sama. Kukenal dirimu jauuuh lebih baik dari yang lainnya. Begitupula sebaliknya. Ada satu hal yang ingin kutanyakan lagi, “Apakah saat ini engkau telah mengenal dirimu sendiri, wahai saudaraku tercinta?Bukan sekedar mengiyakan bahwa sosok bayangan depan cermin itu adalah dirimu? ” Jawablah Puteri, tak usah engkau malu-malu…..karena ini penting. Ini penting sekali sebagai bekal hidupmu kelak, karena seperti yang kita sama-sama mengerti, sekarang ini kita sedang dalam proses mendewasakan diri…dan itu butuh bekal agar kita tidak salah arah.


Puteri sayang….. Izinkanlah aku mengatakan sesuatu kepadamu…


Ketahuilah oleh dirimu, bahwa aku dan kau sama-sama manusia, dua orang hamba yang banyak diberi karunia oleh Allah….karena memang Allah yang menciptakan diriku dan dirimu… Allah yang memenuhi kebutuhanku dan kebutuhanmu, dan Allah pula yang telah mengatur semuanya sehingga kita tumbuh segini besar. Hanya Dia, Puteri….
Ditangan-Nyalah diatur segala urusan, termasuk urusan langit, bumi, hewan, tumbuhan, dan kita para manusia…. Allah di atas langit pula yang telah menentkan bahwa kita tercipta sebagai wanita, sebagai muslimah…Dan lihatlah, betapa tingginya Allah memberi kedudukan kepada kita, sampai-sampai dalam kita suci kita, Al-Quran, Allah membuat surat khusus bernama “An-Nisa” yang artinya perempuan.


Wahai Puteri, engkau masih ingat nama surat itu bukan ? Ini adalah satu diantara sekian tanda bahwa Allah memuliakan kedudukan wanita. Kelak Insya Allah, dari rahim kita lah akan lahir ummat Islam yang banyak, sehingga di hari Akhir nanti, Nabi kita, Nabi Muhammad Shollallaahu’alayhi wa sallam akan mengatakah dengan bangga atas jumlah ummat yang banyak. Bahkan, tentang kodrat wanita, RasuluLlah pun bersabda,


“Sesungguhnya dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah”.


Hadits ini disampaikan oleh Imam Muslim, dan memang benar dan shahih bahwa ini perkataan Rasul. Engkau kini yakin bukan bahwa Allah dan Rasul-Nya amat menjunjung martabat kita?


Puteri yang amat kusayangi… Kuajak diriku dan dirimu…Yakinlah dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah memilih aku dan kau untuk hadir kedunia ini dengan hikmah penciptaan yang agung ; bukan sembarangan, karena Allah Maha Kuasa mencipta apapun yang dikehendaki-Nya, sehingga mustahil bagi Allah untuk sembarangan dalam berbuat, karena Dia Maha Mengetahui dan Maha Luas ilmu-Nya.


Sekarang, cobalah pikirkan lebih dalam… Sampai detik ini, telah banyak sekali nikmat Allah yang tercurah kepada kitam sedari kita kecil sampai sekarang. Dan itu memang karena kebaikan Allah semata, bukan dari yang lain. Allah yang berkuasa berbuat kebaikan, Allah memberi nikmat sehat, ketenangan hati, teman sepergaulan yang baik, ini….itu…., tentu amat sangat banyak, sehingga aku tidak mampu menuliskan semuanya untukmu, karena aku yakin Allah selalu berbuat kebaikan kepada kita semua. Engkau ingat bukan……tempo hari kakimu tidak tergores meski berjalan di atas batu-batu. Itu adalah nikmat Allah yang mungkin terasa kecil bagi kita. Sedangkan nimat yang besar, dan yang paling besar yang mungkin kurang terpikirkan oleh kita…..adalah nikmat iman. Dengan nimat dari Allah yang satu ini, kita bisa dengan bangga menyandang predikat muslimah.


Sungguh Puteri……..tidak banyak wanita-wanita di dunia ini yang bisa dipanggil muslimah. Tengoklah ke negara-negara yang penduduknya tidak mengenal Allah sama sekali, atau mengenal Allah dengan hanya menyebut nama-Nya ketika sedang susah tertimpa bencana, atau bahkan mereka yang malah menyekutukan Allah dengan memohon bantuan kepada selain Dia. Engkau mengetahui keadaan mereka, bukan?


Semoga Allah melindungi kita supaya tidak termasuk golongan mereka. Amin.


Wahai Puteri….. Marilah bersama-sama mengucapkan syukur AlhamduliLlah atas nikmat ini…karena semakin kita mempelajari nikmat Allah dan meyakini betapa Allah Maha Mengetahui atas jiwa-jiwa ini, kita akan bisa semakin memahami hikmah mengapa aku dan kau diciptakan, dan mengapa pula kita semua harus beribadah hanya kepada-Nya…..


Ya, benar….hanya kepada-Nya, karena memang Dia satu-satunya yang berhak untuk disembah. Lain tidak, karena selain Dia hanyalah ciptaan-Nya. Sehingga kita tidak boleh menduakan-Nya dengan apapun atau siapapun. Bagaimana, Puteri ? Engkau memahami hal ini, ‘kan? Aku berharap demikian, karena bagiku, tidak ada yang lebih kuinginkan darimu, kecuali kebaikan untukmu di dunia dan akhiratmu kelah. Karena apa? itu karena aku amat sayang kepadamu…..Aku sayang sekali padamu….


Puteri tercinta, tak terasa sudah kutulis berbaris-baris surat cintaku ini kepadamu. Insya Allah, apa yang kutulis ini adalah sebuah nasehat yang tulus dari hatiku, sebuah nasehat bagiku dan bagimu, agar kita bisa menemukan sosok dewasa cermin indah itu…. karena suatu hari nanti, kita pasti dan harus lebih dewasa daripada hari ini. Dan sebaiknya memang begitu, seiring usia yang bertambah, kita mejadi lebih mengenal akan diri kita yang sebenarnya dan lebih mengerti hak-hak Allah atas diri kita.


Kuakhiri suratku ini…puteri… Semoga Allah mengaruniakan kesempatan kepadaku sehingga bisa kutulis lagi surat untukmu. Dan kuberdoa semoga Allah mengasihi diriku, dirimu, keluarga kita dan kaum muslimin semuanya. Semoga kita selalu mencintai Allah dan Allah pun mencintai kita….Amin. (Sahabat: Asy-D3in)


Rujukan :
1.Abdur Rahman , Abdul Muhsin ; Jagalah Dirimu
2.Majalah As-Sunnah edisi 08/V/1422H-2001 M


Untuk Bunda Tercinta

Terang dilangit pesona bintang nan gemerlap ribuan mil jauhnya
Terang dibumi pendaran sinar reaksi fusi matahari
Terangnya wajah yang cintanya takan redup dengan berlalunya malam
Terangnya wajah yang cantiknya tak hilang dengan bergantinya pagi

Lelah tak pernah kau hiraukan
Letih tak jadi penghalang
Lesu bukanlah hambatan
Lemah badan bukan perintang

Ditengah panasnya matahari, jalanmu tak pernah goyang
Diderasnya hujan, langkahmu tak pernah gentar
Dikelamnya malam, penatmu tak pernah Engkau hiraukan
Didalam penatnya badan, masih kau simpan perhatian

Untuk kami ibu, putra putrimu,
Engkau berjuang, ditengah himpitan kehidupan
Untuk kami ibu, buah hatimu
Engkau abaikan kebebasan

Tak Kau hiraukan luka ditubuhmu
Tak Kau pedulikan perih dihatimu
Tak Kau jadikan beban perilaku kami
Tak Kau jadikan masalah sifat manja kami

Ibu,,
Dengan apa kami berterimakasih padamu
Dengan apa kami balas kasih sayangmu
Sementara keikhlasanmu tak membutuhkan balasan
Sementara kasih sayangmu tak memerlukan imbalan

Hanya sepotong do'a yang mampu kami panjatkan,
Hanya sepotong do'a dalam setiap sujud kami
Untukmu Ibu,,
Wanita yang mengorbankan ambang batas hidup dan matinya
Wanita yang rela mengorbankan kehidupanya, untuk kelahiran kami, kehidupan kami

Ra Rahman,, muliakanlah keluarga kami dengan tetesan embun hidayahmu...
Amiin...

Alarm Hati



Ada satu cinta dimana Sang Pemberi cinta tak pernah berhenti memberikan cintaNya.
Ada satu cinta dimana Sang Pemberi cinta tak pernah mengharapkan balasan dari sang penerima cinta
Ada satu cinta dimana Sang Pemberi cinta tak akan pernah meninggalkan sang penerima cinta.

Walaupun, terkadang sang penerima cinta menduakaNYA, memberikan tandingan2 yang secara tak sadar dapat menjauhkan diri dari nikmat cintaNYA yang takan pernah dapat terhitung dan terukur oleh apapun di dunia ini.
Dialah yang maha pencemburu ketika sang penerima cinta bermaksiat kepadaNYA.
Dialah yang tidak pernah rela ada titik noda dalam jiwa sang penerima cinta, yang mana noda terssebut menimbulkan karat, merusak hati perlahan nan pasti, yang akhirnya menyebabkan jiwa itu mati.
Dialah Ar-Rahman,, Yang Maha Mencintai setiap hambaNYA

Ya Haadii,, janganlah Engkau padamkan cahaya dalam hati kami setelah Engkau memberikan lentera di qalbu kami.
Ya Rahiim, janganlah Engkau jauhkan kami dari nikmat cintaMu, setelah kami mereguk manisnya hidangan dari jamuan cintaMu.
Ya Haadii, janganlah Engkau biarkan kami dalam kemaksiatan, setelah Engkau menunjukan kami jalan lurus menuju cintaMu.
Ya Kariim, janganlah Engkau biarkan kami menghinakan diri kami sendiri karena terlena dalam kecintaan pada dunia.
Ya Ghaffaar, Ampuni kesalahan dan kekhilafan kami, orang tua kami, saudara2 kami,dan hamba2 mu yang mencintai kami karena cintanya padaMU.
Ya Rabbuna, pertemukanlah kami dengan hamba2Mu yang cintanya kepadaMU menjadikan jalan untuk mencintai kami, yang membawa kami untuk menggapai keridloanMU.

Wahai penggenggam jiwa kami, Ikhlaskan jiwa ini hanya karena mengharap ridloMu. Jauhkanlah perilaku kami dari kesia-siaan.
Wahai yang membolak-balikan hati, Istiqomahkan kami di jalanMu "Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika."
Wahai pemilik nyawa kami, RahmatMu kami harapkan, perbaikilah segala urusan kami, janganlah engkau serahkan segala urusan kami walau sekejap mata, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.
Ya Allah, Jadikanlah Al-Quran sebagai penawar hatiku, cahaya dalam dadaku, penghapus dukaku, dan pengusir keluh kesahku. La Hawla wa la kuwata illa billah. Amiin...

Terima kasih untuk saudara-saudaraku yang selalu mengingatkan dan menasihatiku. Baarakallahu fik.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati dalam menetapi kesabaran."