Minggu, 19 April 2009

Untuk Bunda Tercinta

Terang dilangit pesona bintang nan gemerlap ribuan mil jauhnya
Terang dibumi pendaran sinar reaksi fusi matahari
Terangnya wajah yang cintanya takan redup dengan berlalunya malam
Terangnya wajah yang cantiknya tak hilang dengan bergantinya pagi

Lelah tak pernah kau hiraukan
Letih tak jadi penghalang
Lesu bukanlah hambatan
Lemah badan bukan perintang

Ditengah panasnya matahari, jalanmu tak pernah goyang
Diderasnya hujan, langkahmu tak pernah gentar
Dikelamnya malam, penatmu tak pernah Engkau hiraukan
Didalam penatnya badan, masih kau simpan perhatian

Untuk kami ibu, putra putrimu,
Engkau berjuang, ditengah himpitan kehidupan
Untuk kami ibu, buah hatimu
Engkau abaikan kebebasan

Tak Kau hiraukan luka ditubuhmu
Tak Kau pedulikan perih dihatimu
Tak Kau jadikan beban perilaku kami
Tak Kau jadikan masalah sifat manja kami

Ibu,,
Dengan apa kami berterimakasih padamu
Dengan apa kami balas kasih sayangmu
Sementara keikhlasanmu tak membutuhkan balasan
Sementara kasih sayangmu tak memerlukan imbalan

Hanya sepotong do'a yang mampu kami panjatkan,
Hanya sepotong do'a dalam setiap sujud kami
Untukmu Ibu,,
Wanita yang mengorbankan ambang batas hidup dan matinya
Wanita yang rela mengorbankan kehidupanya, untuk kelahiran kami, kehidupan kami

Ra Rahman,, muliakanlah keluarga kami dengan tetesan embun hidayahmu...
Amiin...

2 komentar:

  1. Anak terkadang lupa akan ketulusan kasih sayang ibu, bahkan ada yang durhaka (setelah dewasa).
    Puisi ini membuat kita sadar ttg ketulusan dan kasih sayang ibu saat lupa.
    Mbak sepertinya alur cerita keluarga kita sama....
    (Puisi ini slalu jadi pengingat saya jika sedikit terlupa memperhatikan mama, terima kasih)

    BalasHapus
  2. yupp,,, benar sekali mas, cinta tulus dari seorang ibu pada anaknya takkan luntur meski terkadang sang anak abai terhadap ibunya.

    bisa jadi ada sedikit kesamaan alur cerita keluarga.

    BalasHapus