Kamis, 21 Mei 2009

1 Pertanyaan Putri||

Kampoeng Poetri tahoen 1988>>
Ibu kasih tau yo nduk,,, jangan keseringan manjat pohon karsen (sejenis cheri, atau orang selatan nyebutnya thalok) opomeneh nganti tiduran diatas pohon. Kamu itu cah wadon,,, piye kalau jatuh, kena batu dibawahnya. Ibu juga sering dibilangin tetangga,, kamu di TPA nggak pernah bisa diam... playon kesana kesini.
Kenapa diam,,, yen gitu, bener ya... yang ibu dengar?

Ibu cuma geleng-geleng kepala setelah mendengar jawaban "iya" dari putri bungsunya.
Memasuki gerbang sekolah dasar, putri tumbuh menjadi sosok anak yang tomboy, dengan karakter yang ogah takut dengan teman laki-laki apalagi dengan kaumnya. Mancing, main benthik, panjat pohon sampai panjat pagar vihara (yang kebetulan ada di jantung desa, sering putri ngintip ada apa dibalik pagar vihara itu) sudah menjadi kebiasaan yang menjadi super biasa di hadapan sang bunda, dimana ke-2 anak perempuanya memiliki sifat yang jauh berbeda.

Kampung Putri tahun 2001>>
Nduk,,, ibu pesen... walaupun kamu jauh dari ibu,,, inget... segala polah kamu akan nyampai ke ibu juga. Ibu memberikan kepercayaan penuh, jangan sekali-kali engkau mengecewakan kepercayaan yang ibu berikan.

Do'a yang keluar dari mulut mulia wanita yang dengan seluruh cintanya mengandung, melahirkan dan mendidiknya,,, terus mendengung ibarat hentakan lebah yang akan menyengat tatkala fatamorgana di sekeliling terbias menjadi suguhan yang merendahkan martabat para pemujanya. iyah,,, benar.... lingkungan yang putri masuki sudah berbeda dengan terakhir putri di kampung,,, dan derajatnya semakin buruk daripada pertama kali menginjakkan kaki di kota tanpa naungan atap rumah yang didalamnya ada adab dalam pergaulan.

Putri,,, tak terlahir dalam keluarga kondusif yang seperti yang diharapkan ketika bayangan pernikahan berseliweran di otaknya yang memang selalu dihiasi kata "Baiti Jannati"
Namun tatkala karakter yang ditanamkan keluarga berbenturan dengan relaita di lingkunganya, membuat putri gamang,, antara "iya melihat saja" meski dengan pengingkaran dalam hati,,, atau "tidak, untuk mendiamkan saja" dengan resiko ada stampel "sok ngerti, sok ngurusin, sok... atulah terserah apa kata kalian. :D"

Realita pergaulan yang sudah salah kaprah. Mungkin dimata pemuja cinta --yang ini cinta yang diharamkan yahh-- orang yang mempunyai ikatan cinta syaiton (ungkapan apalagi ini) --yang ngetrend dengan "pacaran". tak pacaran berarti suatu yang memalukan,,, konvensional atau lebih parahnya nggak laku (Masya Allah,,, seperti dagangan ajah ya...) itulah,,, dan itu fakta yang tak perlu repot2 untuk mengshohihkan dengan survey. Adalagi yang membisikkan rayuan "gimana mau nikah kalau nggak pacaran" hmmm...... padahal sudah teruji dengan valid, buaanyak ikhwah dengan jalur yang syar'i mewujudkan kata indah "Baiti jannati" .

Parahnya ketika fenomena ini sudah mewabah,,, para pemujanya serasa mempunyai kuasa atas nasibnya,, atas Qodarnya bahwa pacarnyalah yang akan mendampinginya. Kalau sudah seperti itu mereka pura-pura amnesia dengan syari'at yang telah Allah Ta'ala turunkan (Naudzubillah). Siang malam berduaan,,, kemana-mana selalu berdua (apatah tak ada lagi mahrom yang mau menemani,,, dibenak putri,,, alangkah beruntungnya dia menjadi putri yang jauh dari manja). Lalu bagaimana seumpama takdir Allah berkehendak lain? hmmm,,,, putri harus berjuang keras untuk mengetahui jawaban dari pertanyaanya.
Adakah yang bantu mau kasih jawaban untuk putri?????????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar